Sulit Cari Siswa Miskin Berprestasi

Posted on 18.26 by info kuliah

Kalangan perguruan tinggi negeri (PTN) menyatakan mengalami kesulitan mencari calon mahasiswa dari keluarga kurang mampu untuk memenuhi kouta 20 persen siswa miskin yang diterima dalam penerimaan mahasiswa baru. Kesulitan ini serupa dengan pengalaman pada tahun-tahun lalu.

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka menyatakan, sejak tahun lalu tidak mudah mencari siswa miskin yang berprestasi guna mengikuti jalur penerimaan mahasiswa undangan sebagaimana ditetapkan pemerintah. "Sulit sekali mencari yang berprestasi cukup baik," ungkapnya, akhir pekan lalu.


Dia menyatakan sudah melakukan berbagai cara untuk menjaring mahasiswa miskin. Antara lain, di sekolah-sekolah dan media serta mengundang para kepala sekolah dan guru untuk mengikuti sosialisasi mahasiswa undangan. "Pengumuman sudah kami lakukan, tapi tetap saja sulit mendapatkan mahasiswa miskin yang berprestasi," ujarnya.

Saat penerimaan mahasiswa tahun 2010, kata dia, ITB hanya mendapatkan sekitar 250 mahasiwa miskinberprestasi. Padahal, lanjut Akhmaloka, kuota sudah diberikan cukup banyak.

Dia menyatakan sedikit pesimistis memberikan kuo-1 ta minimal 650 kursi bagi mahasiswa miskin berprestasi akan terisi penuh di ITB tahun ini. "Meskipun kami tetap berusaha mencari sebanyak-banyaknya," tuturnya.

Hal senada diungkapkan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rachmat Wahab. Sebagaimana di ITB, perguruan tinggi ini juga kesulitan menjaring calon mahasiswa dari keluarga miskin yang berprestasi.

Tahun ini, UNY menyediakan kuota 20 persen dari jumlah total penerimaan mahasiswa yang mencapai 5.000 mahasiwa baru. "Jadi, ada sekitar 1.000 kursi yang disediakan untuk mahasiswa undangan dan beasiswa Bidik Misi bagi mahasiswa miskin," tuturnya.

Rachmat menjelaskan, proses menjaring mahasiswa miskin berprestasi berlaku untuk sekolah negeri dan swasta. "Semua siswa miskin berprestasi, baik dari sekolah negeri dah swasta, berkesempatan mendapatkan beasiswa dan mengikuti seleksi jalur undangan dengan mendaftarkan diri secara online," terangnya.

Berbeda dengan ITB yang memberikan subsidi 100 persen, UNY hanya menyediakan subsidi sumbangan pembangunan pada awal penerimaan setelah calon mahasiswa dinyatakan diterima. Untuk subsidi, UNY hanya memungut sumbangan sebesar Rp 5 - Rp 7 juta per mahasiswa. Untuk swadana, UNY akan me-mungut biaya Rp 7 - Rp 10 juta per mahasiswa.

UNY, kata Rachmat, hanya memberikan subsidi pada pungutan sumbangan pembangunan. "Untuk besaran biaya kuliah per semester, semuanya sama. Tidak dibedakan kecuali penerima beasiswa Bidik Misi yang murni diberikan untuk mahasiswa miskin berprestasi," paparnya.

Dipertanyakan

Di tempat terpisah, Niken Pratiwi Wulandiri menyatakan, seharusnya kampus besar semacam ITB tak sulit mencari calon mahasiswa miskin berprestasi. Di Bandung, menurut aktivis dari Yayasan Air ini, cukup banyak calon mahasiswa miskin yang setidaknya ingin mencicipi pendidikan di ITB.

"Meski seperti mencari jarum dalam jerami, saya rasa tak sulit bagi kampus besar mencari siswa miskin, apalagi itu sudah keharusan," ungkapnya, Selasa (15/2). Menurut dia, kampus seperti ITB memiliki jaringan besar ke sekolah-sekolah sehingga pasti mampu menemukan beberapa anak cerdas, tapi miskin. Kampus juga bisa jemput bola, mencari di sekolah swasta atau sekolah nonformal.

Justru, kata dia, jika kampus menyatakan sulit mencari siswa miskin berprestasi, malah memperlihatkan kampus hanya ingin menjaring calon mahasiswa dari kalangan mampu. "Saya ingin pertanyakan kesungguhan kampus besar menjaring siswa miskin berprestasi," ucapnya.

No Response to "Sulit Cari Siswa Miskin Berprestasi"

Leave A Reply