Diterima, tapi Terhenti di Pintu Kampus

Posted on 20.04 by info kuliah

Tiga siswa Sekolah Terbuka Yayasan Bina Insan Mandiri Kota Depok sedang gelisah. Mimpi meraih pendidikan tinggi negeri sudah ada di depan mata. Mereka lolos seleksi dengan jalur beragam. Dodi Dores (19), Muhammad Muar (19), dan Tutik Pujiati (20) kini berusaha menggenggam mimpi mereka agar tidak lepas.

Mereka tidak ingin seperti tahun sebelumnya, ketika beberapa teman mereka gagal masuk perguruan tinggi negeri karena tidak ada biaya. Persoalan biaya bukan hal baru bagi siswa Sekolah Terbuka Yayasan Bina Insan Mandiri. Bisa dimaklumi, sekolah yang ada di tengah Terminal Depok itu merupakan sekolah gratis bagi kaum miskin.


Dodi Dores. anak tukang ojek, lolos seleksi masuk Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Impiannya menjadi diplomat sudah di ambang pintu setelah menjalani seleksi masuk UI. Namun, kegelisahan muncul ketika dia belum mendapat ke-pastian mengenai biaya kuliah.

Senin (25/7) siang. Dodi bepergian bersama Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri Nurrohim untuk mencari donatur kuliahnya. Dia pulang sekolah petang hari ketika rasa gelisahnya masih belum hilang. Dodi masih terbayang ketika menelusuri informasi biaya pendaftaran dari situs https//penerimaan.ui.ac.id. Saat membukanya pada 19 Juli, muncul nilai Rp 5 juta sebagai biaya pendaftaran. Namun, ketika dia memencet BOPB (biaya operasional pendidikan berkeadilan), nilai biaya pendaftaran itu hilang. Biayanya secara detail baru muncul pada 27 Juli. "Duit dari mana, saya tidak tahu," kata Dodi ketika ditemui di Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri.

Batas akhir

Dodi harus menyediakan dana yang diminta itu sampai 1 Agustus 2011. Seminggu ini Dodi menunggu kepastian. Orangtuanya hanya bilang bahwa mereka senang dengan prestasi Dodi. Namun, mereka menyatakan tidak sanggup memenuhi biaya pendidikan itu.

Kegelisahan juga dirasakan Muhammad Muar yang diterima di Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

Muar anak tukang sayur di Pasar Lama Dewi Sartika, Kota Depok. "Saya diterima di jalur UMB (ujian masuk bersama), biaya masuknya lebih mahal dari melalui jalur reguler. Panitia penerimaan mahasiswa menyampaikan, saya harus menyiapkan uang Rp 5,650 juta," kata anak ketiga dari enam bersaudara ita

Selain biaya tersebut, Muar harus membayar sumbangan dan iuran wajib Rp 180.000. Ketika ditanya soal kemampuan membayar, Muar tertawa getir. Dia mendatangi Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri yang ada di tengah Terminal Depok.

Muar termenung seraya membolak-balik bendel fotokopi biaya pendaftaran. Orangtuanya mendukung sepenuhnya keinginan Muar. "Mereka bilang mendukung saya dengan doa," kata remaja yang ingin menjadi pengusaha restoran ini

Adapun Tutik Pujiati berhasil diterima di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tutik adalah siswa asal Blora, Jawa Tengah, yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga mesin fotokopi

Tutik belum dapat dikonfirmasi apakah akan mendaftarkan diri ke kampus yang menerimanya. Sekarang anak pertama dari tiga bersaudara ini tengah menjaga ibunya yang sakit Anak buruh tani ini juga belum memikirkan bagaimana menebus uang pendaftaran.

Devie Rahmawati, Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI, mengatakan, semua calon mahasiswa baru diumumkan melalui media cetak nasional. Nomor ujian Dodi, 2021102002, yang terpampang di koran merupakan salah satu dari ribuan mahasiswa. Mengenai keringanan biaya, memang ada bagi calon mahasiswa miskin. Namun, ketentuan biaya itu kini sedang dibahas.

"Nilainya tidak akan memberatkan calon mahasiswa miskin, percayalah," kata Devie.

No Response to "Diterima, tapi Terhenti di Pintu Kampus"

Leave A Reply