Mahalnya Biaya Masuk Perguruan Tinggi

Posted on 19.38 by info kuliah

Menguap sudah harapan Mikail Hafidz Mohammad (18 tahun) untuk berkuliah di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur. Nilai rata-rata sembilan yang diraihnya dalam Ujian Nasional tahun ini tak menjadi jaminan bisa mulus masuk ke kampus yang didambakannya itu.

Alumnus SMAN 2 Ponorogo, Jawa Timur, ini sebenarnya telah berusaha keras mewu-judkan cita-citanya. Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) diikutinya. Namun ia tak berhasil menembusnya.


Namanya tak tercantum dalam lembar surat kabar yang mengumumkan kelolos-an peserta SNMPTN. "Padahal saya yakin lebih dari 50 persen soal saya jawab denganbenar," ujar Mikail kepada Republika, Rabu (13/7).

Tak patah semangat, Mikail lantas berangkat menuju Kampus Unair di Mulyorejo, Surabaya, untuk mengikuti Ujian Mandiri (UM). Kursi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memang tidak seluruhnya diberikan melalui jalur SNMPTN.

PTN hanya diwajibkan mengalokasikan 60 persen kursi mahasiswa baru melalui

jalur SNMPTN. Sisanya disediakan PTN melalui jalur undangan dan UM.

Baru saja Mikail berjalan beberapa langkah memasuki Kampus Unair, dia disam-bangi seorang pria yang tak dikenalnya. Dengan suara sedikit berbisik, pria tersebut menawarkan jasa membantu Mikail. Dia mengaku punya koneksi yang bisa memperlancar Mikail menjadi mahasiswa Unair.

Tentu, tawaran itu tidak bisa diambil dengan tangan kosong. Pria yang mungkin pantas disebut sebagai calo itu meminta uang pelicin. "Dia minta uang Rp 350 juta." ungkap Mikail.

Betapa tercengangnya Mikail mendengar besarnya se-saji yang diminta si calo. Menirukan dalih si calo, Mikail mengatakan, uang sebesar itu akan digunakan untuk mengurus berbagai keperluan memperlancar masuk ke perguruan tinggi tersebut.

Dia juga- diminta me-nyiapkan uang sebesar Rp 175 juta untuk biaya resmi uang gedung. Mikail hanya geleng-geleng kepala mendengarkan tawaran itu. Dia tak menggubrisnya dan meneruskan langkah untuk mendaftar UM sesuai prosedur resmi.

Ternya ta soal sumbangan uang gedung sebesar Rp 175 juta itu tak sekadar bualan si calo tadi. Dalam lembaran rencana pendaftaran Fakultas Kedokteran Unair yang didapatnya, tertulis syarat memberikan bantuan uang gedung dengan nominal sebesar itu. "Itu paling sedikit, Mas!" ujar Mikail.

Tak ada pilihan lain, Mikail terpaksa menuliskan kesanggupannya memberikan sumbangan. Namun, dia hanya sanggup mencontreng sumbangan senilai Rp 175 juta. Itu pun setelah dipikir-nya berkali-kali.

Tetapi nasib Mikail tak berubah. Ia gagal lagi meski merasa sanggup menjawabsoal-soal UM. Kegagalan ini mencuatkan kecurigaan dalam dirinya bahwa faktor kelolosan tidak sekadar ditentukan jawaban saat ujian. Apalagi, ada calo yang berkeliaran menawarkan jasa kelulusan dan syarat kesanggupan memberi uang gedung yang mesti ditulis calon mahasiswa.

"Bukan kemampuan yang diuji, tapi uang yang bermain," ujarnya kesal penuh curiga. Sejak itu, Mikail tidak berniat lagi mengikuti UM gelombang kedua yang pendaftarannya pada 11-22 Juli 2011. Dia memutuskan beristirahat sejenak sambil mencari perguruan tinggi lain yang siap menampungnya.

Kepala Humas Unair, Mangestuti, menolak anggapan pihaknya mementingkan uang dalam UM ketimbang kemampuan calon siswa yang terekam dari hasil ujian. "Kami membantah itu dengan keras," katanya.

Mangestuti menjelaskan, hasil UM didiskusikan dalam rapat antara panitia da-ri unit penerimaan mahasiswa baru dan pejabat tinggi kampus. Tidak ada ceritanya calon mahasiswa yang memberikan sumbangan Rp 1 miliar pun bisa dijamin diterima di Unair. "Yang kami terima adalah calon mahasiswa yang memang mampu menjawab soal-soal ujian," jelasnya.

Anggota Komisi X DPR Dedi Gumelar mengatakan, fenomena seperti itu bukanlah hal aneh karena masih marak terjadi. Bahkan, ada mahasiswa yang sudah lulus SNMPTN dan mutlak diterima justru mengundurkan diri karena tidak mampu membayar biaya-biaya yang ditentukan kampus.

Dedi menduga masih banyak perguruan tinggi yang tidak memberikan kesempatan bagi mahasiswa kurang mampu. Padahal, kampus diwajibkan memberikan jatah sebanyak 20 persen untuk mereka. Rupanya, mahasiswa golongan ekonomi menengah ke atas masih diutamakan.

No Response to "Mahalnya Biaya Masuk Perguruan Tinggi"

Leave A Reply